Sunday, January 16, 2011

tentang : menahan marah dan berbuat aniaya.

wahai Ali, takutlah kamu marah-marah, sesungguhnya marah itu sumbernya dari setan, selain itu lebih kuasa mengendalikan dirimu ketika dalam keadaan marah. takutlah kamu pada doanya orang yang dianiaya, sesungguhnya Allah Ta'ala akan mengabulkan doanya orang yang dianiaya, meskipun dia orang kafir. adapun kekafirannya (dosanya) tetap ia tanggung sendiri.


Oleh Ust.Abdurrohim

Diantara maksud dan tujuan disyariatkannya puasa adalah latihan menahan nafsu amarah (suka marah). Orang yang mampu menahan marah lebih baik dan lebih sempurna daripada orang yang suka marah (pemarah). Dan itulah yang disebut orang kuat.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : �Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.� (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, disebutkan hadits dari Ibnu Mas�ud Radliyallahu �anhu Rasulullah bersabda : �Siapa yang dikatakan paling kuat diantara kalian ? Shahabat menjawab : yaitu diantara kami yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda : Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat mengendalikan nafsunya ketika marah.� (HR. Muslim)
Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al Juba�i , bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : �Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang mereka mau.� (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : �Tidaklah hamba meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta�ala, dari meneguk kemarahan karena mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta�ala.� (Hadits shahih riwayat Ahmad)
Al Imam Abu Dawud rahimahullah mengeluarkan hadits secara makna dari shahabat Nabi, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : �Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Subhanahu wa Ta�ala kecuali Allah Subhanahu wa Ta�ala akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan.� (HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)
Hadits-hadits ini menerangkan keutamaan menahan marah dari pada orang yang mudah marah/pemarah. Dari itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiat kepada sahabat ketika datang pada beliau untuk meminta wasiat, beliau bersabda dengan diulang-ulang : �Jangan mudah marah..� Lengkap haditsnya adalah sebagai berikut :
�Dari Abu Hurairah Radliyallahu �anhu, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam : berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : jangan menjadi seorang pemarah. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda : janganlah menjadi orang pemarah� (HR. Bukhari)
Al Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan hadits dari seseorang dari shahabat Nabi Shalallahu alaihi wasallam dia berkata : � Aku berkata : Ya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : jangan menjadi pemarah. Maka berkata seseorang : maka aku pikirkan apa yang beliau sabdakan, ternyata pada sifat pemarah itu terkumpul seluruh kejelekan.� (HR. Imam Ahmad)

Berkata Ibnu Ja�far bin Muhammad rahimahullah : �Marah itu pintu seluruh kejelekan.�
Al Imam Ahmad menafsirkan hadits ini dengan mengatakan : akhlak yang mulia itu dengan meninggalkan sifat pemarah.
Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan maksud hadits ini dengan mengatakan : sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam : �Jangan menjadi pemarah.� Ini mengandung dua kemungkinan maksud :
1.Hadits ini mengandung perintah melakukan sebab-sebab yang menjadikan akhlak yang mulia seperti bersikap lembut, pemalu, tidak suka mengganggu, pemaaf, tidak mudah marah.
2.Hadits ini mengandung larangan melakukan hal-hal yang menyebabkan kemarahan, mengandung perintah agar sekuat tenaga menahan marah ketika timbul/berhadapan dengan penyebabnya sehingga dengan demikian dia akan terhindar dari efek negatif sifat pemarah.

my picture